AKSI NYATA
BUDAYA POSITIF“MANAJEMEN
RUANG KELAS YANG SOLID”(Membuat
Kesepakatan Kelas)(YULIANA, S.
Si.,S,Pd.,M.Pd)CGP SMAN 13
GOWA
https://drive.google.com/file/d/1wTzH4zKgW11HHufrOrJzXLUbzMELo23O/view?usp=sharing
Pendidikan menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah “Menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1
pendidikan halaman 20). Kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru untuk
membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar
menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada
masyarakat.
Filosofi KHD dalam upayan membangun karakter yang mengacu pada Profil
Pelajar Pancasila, yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil yang dimaksud adalah
pelajar yang terbangun utuh, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan
global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Dalam mewujudkan karakter
pelajar pancasila sekolah merupakan tempat yang tepat dalam
pembentukan karakter yang di dalamnya terdapat pengajar sekaligus
pembimbing. Disebut sebagai pembentukan
karakter karena sekolah merupakan lingkungan yang paling dekat
dengan pelajar setelah keluarga. Interaksi tersebut dapat berpengaruh
dalam membentuk karakter anak didik.
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan
bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan
sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan
budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan
disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat
menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Dalam menerapkan budaya positif sekolah sangat dibutuhkan peran dari
seorang guru yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi
landasan dari budaya positif. Dalam menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru
perlu berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan
kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi
hukuman atau sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau
pelanggaran. Hal ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun”
atau memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. Anak diberi kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena
itu, pada kesehariannya, pamong juga berperan sebagai pengontrol untuk
mengingatkan murid jika berada dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru juga
dapat berperan sebagai teman ketika berinteraksi agar dapat memahami murid dan
membangun kedekatan.
Disiplin positif adalah sebuah model disiplin yang difokuskan pada perilaku
positif murid agar menjadi pribadi yang penuh hormat dan bertanggung (Nelsen,
Lott & Glenn, 2000). Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan
emosional dan keterampilan kehidupan yang penting dengan cara penuh
hormat dan membesarkan hati tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang
dewasa (termasuk orangtua, guru, staf administrasi dan lainnya). Kebalikan dari
disiplin positif adalah disiplin negatif yang berfokus pada hukuman. Disiplin
negatif cenderung menghambat perkembangan sosial, emosional dan keterampilan
hidup murid. Dengan disiplin positif, guru diharapkan dapat mewujudkan budaya
positif baik di kelas maupun sekolah.
Upaya
dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali
dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif,
yaitu dengan “Manajemen Ruang Kelas yang Solid”. Dengan membuat
Kesepakatan Kelas.
Dalam
kelas tidak menutup kemungkinan kita menghadapi masalah, hal yang pertama
dipertimbangkan adalah apakah kita ikut andil dalam masalah dikelas
kita?, disini kita tidak akan memojokkan pada yang membuat masalah saja, dan
disini kita tidak menganggap bahwa murid kita tidak perlu melakukan apa pun
menyangkut disiplin, tentu saja murid kita harus melakukan sesuatu. Tetapi ini
menyangkut siswa seperti apa yang kita hadapi setiap tahunnya (“ wah tahun ini
benar benar tahun yang sangat baik, saya mendapatkan semua murid baik dan
patuh). Kita sebagai guru tidak akan pernah menjadi lebih baik jika
kita hanya berpikir bahwa kita bernasib beruntung karena mendapatkan murid
baik, tetapi untuk menuju kondisi sebaiknya kita memobilisasi sumber daya kita
sebagai guru, melakukan perubahan perubahan yang diperlukan untuk menciptakan
suatu atmosfer ruang kelas yang produktif, dan itu adalah tanggung jawab
kita sebagai seorang guru.
Dalam
mewujudkan manajeman Kelas yang solid ini kita harus memahami beberapa hal
diantaranya:
1. Perilaku Kelas yaitu terdiri dari tanggapan-tanggapan murid yang
dapat kita lihat, dengar, atau rasakan dikelas. Dan perilaku yang didapat
dikelas itu tidak harus baik atau jelek melainkan perilaku yang mungkin saja
tidak memadai.
2. Manajemen Kelas yaitu Rencana Proses dan efek yang terus menerus dari aksi
guru untuk mempengaruhi aksi siswa. Semua guru mempengaruhi kelas mereka dan
guru yang cerdas berhasil mengelolah kelas dengan hubungan, prosedur, ritual
dan starategi instruktsional yang cerdas.
3. Disiplin yaitu personal bukan kelas atau kelompok. Disiplin kelas berarti
murid kita dilibatkan sesuai kapasitas mereka dalam disiplin diri, membantu
diri mereka sendiri sepanjang hari, dan guru yang terus bergumul adalah guru
yang mendisiplinkan muridnya dengan bahasa tubuh yang kuat (ancaman) dan
hukuman.
4. Prosedur yaitu rutinitas adalah aksi yang dilakukan murid secara
individual, dalam hal ini murid melakukannya secara spontas atau otomatis.
Prosedur sangat membantu dalam hal membangun disiplin diri. Dalam prosedur
tidak ada konsekuensi atau imbalan.
5. Ritual yaitu Prosedur satu langkah yang sederhana yang dilakukan secara
kolektif. Ritual menpromosikan hubungan sosial dan penyelesaian tugas. Ritul
memiliki imbalan intrisntik yaitu siswa merasa baik secara emosional karena
semua ritual yang produktif berakhir dalam keadaan yang positif.
6. Aturan yaitu batasan yang esensial dan aturan membentuk struktur untuk
pengembangan disiplin diri.
Dalam menjalankan kelas secara berhasil adalah menyangkut pencegahan masalah,
intervensi keberhasilan dan pada akhirnya menuju ke pertumbuhan pribadi murid.
Dalam kondisi kelas kita sehari hari adalah masalah disiplin bukanlah masalah
riil, malah masalah kedisiplinan bisa menjadi anugerah buat kita sebagai guru.
Ketika murid misalnya berperilaku buruk dia membiarkan kita mengetahuinya dan
bisa saja dalam pengajaran kita ada yang salah,kita mungkin tidak membangun
relasi yang baik dengan murid kita, tidak memulai dengan prosedur, tidak
mengelolah status emosional dengan murid, dan tidak menerapkan suatu strategi
instruksional, Ada sesuatu yang salah tapi pastinya bukan murid kita yang
salah, tetapi pada kenyataannya adalah kita sebagai guru yang memiliki posisi
guru kontrol manager memiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi para murid kita.
Dalam keseharian dalam kelas kita sering berhadapan dengan setiap pelanggaran
yang akan mengisi kelas kita dengan gangguan, kekacauan, dan stres, sebagai
guru kita harus mencegahnya dengan memikirkan baik baik bahwa antara guru dan
murid perlu bekerja sama agar menciptakan kelas idel kelas menyenangkan dalam
proses pengajaran, karena pada dasarnya murid perlu terlibat dalam sistem dan
berpartisipasi di dalamnya dengan:
a. Membagun iklim belajar, dalam hal ini adalah membuat suasana belajar yang
menyenangkan dan membuat murid merasa nyaman, membuat poster poster yang
positif di dinding dinding kelas, menciptakan suatu iklim respek dikelas tanpa
ada sikap meremehkan.
b. Mengembangkan Prosedur pada kelas sangat penting menegmbangkan prosedur
efektif yaitu Harus menyelesaikan masalah yang berulang, Harus berlaku
pada setiap murid, harus sederhana dan mudah dilakukan, harus tahu kapan akan
diaplikasikan dan harus menempatkan murid pada keadaan emosional yang positif.
c. Menciptakan aturan dengan melibatkan murid (Kesepakatan Kelas) Menyebarkan
aturan yang sudah ditetapkan sebagai sebuah kesepakan dan melibatkan semua
murid dalam penerapannya. Dalam pembentukannya pada awalnya membuat draf draf
untuk diterpan sebagai aturan, selanjutnya kita meminta murid untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan dan meninjau kembali draf itu dengan
membangun komunikasi dengan murid bagaimana kalau...itu akan membangun rasa
memilki dan keikutsertaan, dan perlu diperhatikan dalam merumuskan kesepakatan
itu dengan memperhatikan item item yang tidak perlu terlalu banyak dan panjang
sehingga murid murid mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam keseharian.
Kesepakatan kelas di pajang pada dinding kelas dengan murid murid melakukannya
dengan konsisten, dan idealnya setiap kesepakatan diberikan tiga contoh agar
murid tahu betul akan apa yang mereka lakukan dan harapkan. Penetapan
konsekuensi berlaku bila terjadi pelanggaran. Merespon kesalahan dengan kasih sayang
dan kebaikan dibanding menyalahkan, menuduh dan menceramahi. Berikan
pertanyaan yang bisa menimbulkan diskusi tentang konsekuensi yang mungkin
terjadi dari tindakannya. Melihat kesempatan terjadinya kesalahan untuk
didiskusikan bersama anak atau dengan teman-teman lain.
d. Menggunakan Instruksi yang lebih cerdas, Strategi instruksional untuk
mengurangi perilaku yang salah bi sa dilakukan dengan meningkatkan masukan dan
persepsi murid tentang pilihan menyangkut pembelajaran mereka, mengajarkan keterampilan
proposial umum, seperti kesadaran diri, kerjasama dan membantu yang lain dan
yang terakhir adalah menciptakan tim dan pemimpin tim bisa digunakan untuk
penekanan teman sebaya di dalam kelas.
e. Memasukkan ritual sangat bermanfaat dalam meningkatkan iklim dalam ruang
kelas dan memaksimalkan waktu fokus pada murid.
Dalam penerapan Budaya Positif disekolah dengan membentuk manajemen ruang kelas
yang solid dengan diterapkannya kesepakatan kelas indikator keberhasilannya
bisa kita lihat dari perubahan yang terjadi di kelas kita dengan berfokus pada
perubahan pertumbuhan pribadi murid yaitu Kesadaran murid yang lebih besar
tentang jalinan sosial dalam hal ini empati murid. Pengaturan diri murid yang
lebih meningkat dalam hal ini adalah rasa memiliki anak terhadap kelas dan
meningkatnya disiplin murid, dan yang lebih penting adalah bahwa kita membentuk
pertumbuhan personal yaitu kita membantu murid murid kita bergerak ke level
lebih baik tentang kesadaran dan tanggungjawab.
Dalam
menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru perlu berperan
pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan kelas bila
murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi hukuman atau
sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau pelanggaran. Hal
ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun” atau memberikan
‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak diberi
kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena itu, pada kesehariannya, pamong juga
berperan sebagai pengontrol untuk mengingatkan murid jika berada dalam bahaya.
Pada kesempatan lain, guru juga dapat berperan sebagai teman ketika
berinteraksi agar dapat memahami murid dan membangun kedekatan.
Agar penerapan dan pelaksanaan kesepakatan kelas sebagai bentuk dari
manajemen yang solid didalam kelas bagian dari penerapan budaya positif di
sekolah bisa dijalankan dengan efektif adalah salah satunya keterlibatan secara
utuh dari semua peserta didik yang diampu agar kesadaran untuk berbuat lebih
baik datang dari dalam diri peserta didik, bukan karena terpaksa. Diharapkan
hal ini bisa dilakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran secara tatap
muka. Meskipun demikian, ketika berlangsungnya pembelajaran secara daring
seperti saat ini setidaknya upaya menghadirkan kesadaran dari dalam diri
peserta didik melalui penerapan kesepakatan kelas tetap harus dijalankan.
Sementara
itu, dalam pelaksanaan berbagi praktik baik dalam bentuk kesepakatan dengan
para rekan sejawat sebaiknya memikirkan waktu yang lebih baik dan membuat
jadwal yang lebih rinci. Dengan demikian, penjelasan tentang praktik baik
manajemen kelas yang solid dengan penerapan kesepakatan kelas ini mampu
dipahami dan diterima oleh rekan sejawat yang lain.
Dan kedepannya tentang membangun
manajemen kelas yang solid dengan kesepakatan kelas ini guru dan seluruh komponen
kelas akan bekerja sama agar tetap konsisten dilakukan dan setiap semester akan
ditindaklanjuti dengan refleksi apakah akan ada perubahan kedepan atau tetap
pada ketetapan yang telah disepakati.
Proses
Pembentukan Kesepakatan Kelas, Mendeskripsikan ke Murid seperti apa kesepakatan
kelas yang akan kita buat.
Melakukan
pertemuan melalui Google meeting dengan para Murid dalam rangka membahas
Kesepatan Kelas yang akan dibuat.
Melalui
Aplikasi Padlet para murid memasukkan semua ide ide tentang kesepakatan yang
akan diberlakukan di kelas nantinya.
Melalui
Padlet di kelompokkan beberapa kesepakatan kelas yang berasal dari guru dan
murid.
Dan
dari hasil diskusi bersama antara guru dan murid diperoleh kesepakatan kelas
yang nantinya akan dilaksanakan pada pertemuan tatap muka di kelas,
Dan pada akhirnya kita sebagai guru menjalankan lakon kita sebaik baiknya
terus belajar dan memberikan yang terbaik untuk para penerus kita. Sebagai refleksi,
tanyakan kepada diri kita bagaimana perasaan kita sebagai guru, jika kita
merasa terganggu dengan murid kita berarti perjalanan kita masi belia, tetapi
jika kita merasa sangat senang dan penuh harapan tentang murid kita sepanjang
waktu kita sudah pada tahap seorang Guru master
(Eric Jansen)
AKSI NYATA
BUDAYA POSITIF“MANAJEMEN
RUANG KELAS YANG SOLID”(Membuat
Kesepakatan Kelas)(YULIANA, S.
Si.,S,Pd.,M.Pd)CGP SMAN 13
GOWA
https://drive.google.com/file/d/1wTzH4zKgW11HHufrOrJzXLUbzMELo23O/view?usp=sharing
Pendidikan menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah “Menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1
pendidikan halaman 20). Kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru untuk
membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar
menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada
masyarakat.
Filosofi KHD dalam upayan membangun karakter yang mengacu pada Profil
Pelajar Pancasila, yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil yang dimaksud adalah
pelajar yang terbangun utuh, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan
global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Dalam mewujudkan karakter
pelajar pancasila sekolah merupakan tempat yang tepat dalam
pembentukan karakter yang di dalamnya terdapat pengajar sekaligus
pembimbing. Disebut sebagai pembentukan
karakter karena sekolah merupakan lingkungan yang paling dekat
dengan pelajar setelah keluarga. Interaksi tersebut dapat berpengaruh
dalam membentuk karakter anak didik.
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan
bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan
sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan
budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan
disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat
menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Dalam menerapkan budaya positif sekolah sangat dibutuhkan peran dari
seorang guru yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi
landasan dari budaya positif. Dalam menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru
perlu berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan
kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi
hukuman atau sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau
pelanggaran. Hal ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun”
atau memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. Anak diberi kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena
itu, pada kesehariannya, pamong juga berperan sebagai pengontrol untuk
mengingatkan murid jika berada dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru juga
dapat berperan sebagai teman ketika berinteraksi agar dapat memahami murid dan
membangun kedekatan.
Disiplin positif adalah sebuah model disiplin yang difokuskan pada perilaku
positif murid agar menjadi pribadi yang penuh hormat dan bertanggung (Nelsen,
Lott & Glenn, 2000). Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan
emosional dan keterampilan kehidupan yang penting dengan cara penuh
hormat dan membesarkan hati tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang
dewasa (termasuk orangtua, guru, staf administrasi dan lainnya). Kebalikan dari
disiplin positif adalah disiplin negatif yang berfokus pada hukuman. Disiplin
negatif cenderung menghambat perkembangan sosial, emosional dan keterampilan
hidup murid. Dengan disiplin positif, guru diharapkan dapat mewujudkan budaya
positif baik di kelas maupun sekolah.
Upaya
dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali
dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif,
yaitu dengan “Manajemen Ruang Kelas yang Solid”. Dengan membuat
Kesepakatan Kelas.
Dalam
kelas tidak menutup kemungkinan kita menghadapi masalah, hal yang pertama
dipertimbangkan adalah apakah kita ikut andil dalam masalah dikelas
kita?, disini kita tidak akan memojokkan pada yang membuat masalah saja, dan
disini kita tidak menganggap bahwa murid kita tidak perlu melakukan apa pun
menyangkut disiplin, tentu saja murid kita harus melakukan sesuatu. Tetapi ini
menyangkut siswa seperti apa yang kita hadapi setiap tahunnya (“ wah tahun ini
benar benar tahun yang sangat baik, saya mendapatkan semua murid baik dan
patuh). Kita sebagai guru tidak akan pernah menjadi lebih baik jika
kita hanya berpikir bahwa kita bernasib beruntung karena mendapatkan murid
baik, tetapi untuk menuju kondisi sebaiknya kita memobilisasi sumber daya kita
sebagai guru, melakukan perubahan perubahan yang diperlukan untuk menciptakan
suatu atmosfer ruang kelas yang produktif, dan itu adalah tanggung jawab
kita sebagai seorang guru.
Dalam
mewujudkan manajeman Kelas yang solid ini kita harus memahami beberapa hal
diantaranya:
1. Perilaku Kelas yaitu terdiri dari tanggapan-tanggapan murid yang
dapat kita lihat, dengar, atau rasakan dikelas. Dan perilaku yang didapat
dikelas itu tidak harus baik atau jelek melainkan perilaku yang mungkin saja
tidak memadai.
2. Manajemen Kelas yaitu Rencana Proses dan efek yang terus menerus dari aksi
guru untuk mempengaruhi aksi siswa. Semua guru mempengaruhi kelas mereka dan
guru yang cerdas berhasil mengelolah kelas dengan hubungan, prosedur, ritual
dan starategi instruktsional yang cerdas.
3. Disiplin yaitu personal bukan kelas atau kelompok. Disiplin kelas berarti
murid kita dilibatkan sesuai kapasitas mereka dalam disiplin diri, membantu
diri mereka sendiri sepanjang hari, dan guru yang terus bergumul adalah guru
yang mendisiplinkan muridnya dengan bahasa tubuh yang kuat (ancaman) dan
hukuman.
4. Prosedur yaitu rutinitas adalah aksi yang dilakukan murid secara
individual, dalam hal ini murid melakukannya secara spontas atau otomatis.
Prosedur sangat membantu dalam hal membangun disiplin diri. Dalam prosedur
tidak ada konsekuensi atau imbalan.
5. Ritual yaitu Prosedur satu langkah yang sederhana yang dilakukan secara
kolektif. Ritual menpromosikan hubungan sosial dan penyelesaian tugas. Ritul
memiliki imbalan intrisntik yaitu siswa merasa baik secara emosional karena
semua ritual yang produktif berakhir dalam keadaan yang positif.
6. Aturan yaitu batasan yang esensial dan aturan membentuk struktur untuk
pengembangan disiplin diri.
Dalam menjalankan kelas secara berhasil adalah menyangkut pencegahan masalah,
intervensi keberhasilan dan pada akhirnya menuju ke pertumbuhan pribadi murid.
Dalam kondisi kelas kita sehari hari adalah masalah disiplin bukanlah masalah
riil, malah masalah kedisiplinan bisa menjadi anugerah buat kita sebagai guru.
Ketika murid misalnya berperilaku buruk dia membiarkan kita mengetahuinya dan
bisa saja dalam pengajaran kita ada yang salah,kita mungkin tidak membangun
relasi yang baik dengan murid kita, tidak memulai dengan prosedur, tidak
mengelolah status emosional dengan murid, dan tidak menerapkan suatu strategi
instruksional, Ada sesuatu yang salah tapi pastinya bukan murid kita yang
salah, tetapi pada kenyataannya adalah kita sebagai guru yang memiliki posisi
guru kontrol manager memiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi para murid kita.
Dalam keseharian dalam kelas kita sering berhadapan dengan setiap pelanggaran
yang akan mengisi kelas kita dengan gangguan, kekacauan, dan stres, sebagai
guru kita harus mencegahnya dengan memikirkan baik baik bahwa antara guru dan
murid perlu bekerja sama agar menciptakan kelas idel kelas menyenangkan dalam
proses pengajaran, karena pada dasarnya murid perlu terlibat dalam sistem dan
berpartisipasi di dalamnya dengan:
a. Membagun iklim belajar, dalam hal ini adalah membuat suasana belajar yang
menyenangkan dan membuat murid merasa nyaman, membuat poster poster yang
positif di dinding dinding kelas, menciptakan suatu iklim respek dikelas tanpa
ada sikap meremehkan.
b. Mengembangkan Prosedur pada kelas sangat penting menegmbangkan prosedur
efektif yaitu Harus menyelesaikan masalah yang berulang, Harus berlaku
pada setiap murid, harus sederhana dan mudah dilakukan, harus tahu kapan akan
diaplikasikan dan harus menempatkan murid pada keadaan emosional yang positif.
c. Menciptakan aturan dengan melibatkan murid (Kesepakatan Kelas) Menyebarkan
aturan yang sudah ditetapkan sebagai sebuah kesepakan dan melibatkan semua
murid dalam penerapannya. Dalam pembentukannya pada awalnya membuat draf draf
untuk diterpan sebagai aturan, selanjutnya kita meminta murid untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan dan meninjau kembali draf itu dengan
membangun komunikasi dengan murid bagaimana kalau...itu akan membangun rasa
memilki dan keikutsertaan, dan perlu diperhatikan dalam merumuskan kesepakatan
itu dengan memperhatikan item item yang tidak perlu terlalu banyak dan panjang
sehingga murid murid mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam keseharian.
Kesepakatan kelas di pajang pada dinding kelas dengan murid murid melakukannya
dengan konsisten, dan idealnya setiap kesepakatan diberikan tiga contoh agar
murid tahu betul akan apa yang mereka lakukan dan harapkan. Penetapan
konsekuensi berlaku bila terjadi pelanggaran. Merespon kesalahan dengan kasih sayang
dan kebaikan dibanding menyalahkan, menuduh dan menceramahi. Berikan
pertanyaan yang bisa menimbulkan diskusi tentang konsekuensi yang mungkin
terjadi dari tindakannya. Melihat kesempatan terjadinya kesalahan untuk
didiskusikan bersama anak atau dengan teman-teman lain.
d. Menggunakan Instruksi yang lebih cerdas, Strategi instruksional untuk
mengurangi perilaku yang salah bi sa dilakukan dengan meningkatkan masukan dan
persepsi murid tentang pilihan menyangkut pembelajaran mereka, mengajarkan keterampilan
proposial umum, seperti kesadaran diri, kerjasama dan membantu yang lain dan
yang terakhir adalah menciptakan tim dan pemimpin tim bisa digunakan untuk
penekanan teman sebaya di dalam kelas.
e. Memasukkan ritual sangat bermanfaat dalam meningkatkan iklim dalam ruang
kelas dan memaksimalkan waktu fokus pada murid.
Dalam penerapan Budaya Positif disekolah dengan membentuk manajemen ruang kelas
yang solid dengan diterapkannya kesepakatan kelas indikator keberhasilannya
bisa kita lihat dari perubahan yang terjadi di kelas kita dengan berfokus pada
perubahan pertumbuhan pribadi murid yaitu Kesadaran murid yang lebih besar
tentang jalinan sosial dalam hal ini empati murid. Pengaturan diri murid yang
lebih meningkat dalam hal ini adalah rasa memiliki anak terhadap kelas dan
meningkatnya disiplin murid, dan yang lebih penting adalah bahwa kita membentuk
pertumbuhan personal yaitu kita membantu murid murid kita bergerak ke level
lebih baik tentang kesadaran dan tanggungjawab.
Dalam
menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru perlu berperan
pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan kelas bila
murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi hukuman atau
sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau pelanggaran. Hal
ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun” atau memberikan
‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak diberi
kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena itu, pada kesehariannya, pamong juga
berperan sebagai pengontrol untuk mengingatkan murid jika berada dalam bahaya.
Pada kesempatan lain, guru juga dapat berperan sebagai teman ketika
berinteraksi agar dapat memahami murid dan membangun kedekatan.
Agar penerapan dan pelaksanaan kesepakatan kelas sebagai bentuk dari
manajemen yang solid didalam kelas bagian dari penerapan budaya positif di
sekolah bisa dijalankan dengan efektif adalah salah satunya keterlibatan secara
utuh dari semua peserta didik yang diampu agar kesadaran untuk berbuat lebih
baik datang dari dalam diri peserta didik, bukan karena terpaksa. Diharapkan
hal ini bisa dilakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran secara tatap
muka. Meskipun demikian, ketika berlangsungnya pembelajaran secara daring
seperti saat ini setidaknya upaya menghadirkan kesadaran dari dalam diri
peserta didik melalui penerapan kesepakatan kelas tetap harus dijalankan.
Sementara
itu, dalam pelaksanaan berbagi praktik baik dalam bentuk kesepakatan dengan
para rekan sejawat sebaiknya memikirkan waktu yang lebih baik dan membuat
jadwal yang lebih rinci. Dengan demikian, penjelasan tentang praktik baik
manajemen kelas yang solid dengan penerapan kesepakatan kelas ini mampu
dipahami dan diterima oleh rekan sejawat yang lain.
Dan kedepannya tentang membangun manajemen kelas yang solid dengan kesepakatan kelas ini guru dan seluruh komponen kelas akan bekerja sama agar tetap konsisten dilakukan dan setiap semester akan ditindaklanjuti dengan refleksi apakah akan ada perubahan kedepan atau tetap pada ketetapan yang telah disepakati.
Proses
Pembentukan Kesepakatan Kelas, Mendeskripsikan ke Murid seperti apa kesepakatan
kelas yang akan kita buat.
Melakukan
pertemuan melalui Google meeting dengan para Murid dalam rangka membahas
Kesepatan Kelas yang akan dibuat.
Melalui
Aplikasi Padlet para murid memasukkan semua ide ide tentang kesepakatan yang
akan diberlakukan di kelas nantinya.
Melalui
Padlet di kelompokkan beberapa kesepakatan kelas yang berasal dari guru dan
murid.
Dan
dari hasil diskusi bersama antara guru dan murid diperoleh kesepakatan kelas
yang nantinya akan dilaksanakan pada pertemuan tatap muka di kelas,
Dan pada akhirnya kita sebagai guru menjalankan lakon kita sebaik baiknya
terus belajar dan memberikan yang terbaik untuk para penerus kita. Sebagai refleksi,
tanyakan kepada diri kita bagaimana perasaan kita sebagai guru, jika kita
merasa terganggu dengan murid kita berarti perjalanan kita masi belia, tetapi
jika kita merasa sangat senang dan penuh harapan tentang murid kita sepanjang
waktu kita sudah pada tahap seorang Guru master
(Eric Jansen)
Komentar