Langsung ke konten utama

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF “MANAJEMEN RUANG KELAS YANG SOLID”

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF
“MANAJEMEN RUANG KELAS YANG SOLID”
(Membuat Kesepakatan Kelas)
(YULIANA, S. Si.,S,Pd.,M.Pd)
CGP SMAN 13 GOWA

https://drive.google.com/file/d/1wTzH4zKgW11HHufrOrJzXLUbzMELo23O/view?usp=sharing 

Pendidikan menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah “Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20). Kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru untuk membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat.

Filosofi KHD dalam upayan membangun karakter yang  mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil yang dimaksud adalah pelajar yang terbangun utuh, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.  Dalam mewujudkan karakter pelajar pancasila sekolah merupakan tempat yang tepat dalam  pembentukan karakter yang di dalamnya terdapat pengajar sekaligus pembimbing. Disebut sebagai   pembentukan karakter karena sekolah merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pelajar setelah keluarga.  Interaksi tersebut dapat berpengaruh dalam membentuk karakter anak didik.

        Budaya positif di sekolah ialah  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Dalam menerapkan budaya positif sekolah sangat dibutuhkan peran dari seorang guru yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positifDalam menumbuhkan disiplin pada diri  murid secara intrinstik, guru perlu berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi hukuman atau sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau pelanggaran. Hal ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun” atau memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak diberi kebebasan, namun perlu  diberi  tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena itu, pada kesehariannya, pamong juga berperan sebagai pengontrol untuk mengingatkan murid jika berada dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru juga dapat berperan sebagai teman ketika berinteraksi agar dapat memahami murid dan membangun kedekatan.

Disiplin positif adalah sebuah model disiplin yang difokuskan pada perilaku positif murid agar menjadi pribadi yang penuh hormat dan bertanggung (Nelsen, Lott & Glenn, 2000). Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan emosional dan keterampilan kehidupan yang penting dengan cara penuh hormat  dan membesarkan hati tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, staf administrasi dan lainnya). Kebalikan dari disiplin positif adalah disiplin negatif yang berfokus pada hukuman. Disiplin negatif cenderung menghambat perkembangan sosial, emosional dan keterampilan hidup murid. Dengan disiplin positif, guru diharapkan dapat mewujudkan budaya positif baik di kelas maupun sekolah.

Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan “Manajemen Ruang Kelas yang Solid”. Dengan membuat Kesepakatan Kelas.

Dalam kelas tidak menutup kemungkinan kita menghadapi masalah, hal yang pertama dipertimbangkan adalah apakah kita ikut  andil dalam masalah dikelas kita?, disini kita tidak akan memojokkan pada yang membuat masalah saja, dan disini kita tidak menganggap bahwa murid kita tidak perlu melakukan apa pun menyangkut disiplin, tentu saja murid kita harus melakukan sesuatu. Tetapi ini menyangkut siswa seperti apa yang kita hadapi setiap tahunnya (“ wah tahun ini benar benar tahun yang sangat baik, saya mendapatkan semua murid  baik dan patuh). Kita sebagai guru  tidak  akan pernah menjadi lebih baik jika kita hanya berpikir bahwa kita bernasib beruntung karena mendapatkan murid baik, tetapi untuk menuju kondisi sebaiknya kita memobilisasi sumber daya kita sebagai guru, melakukan perubahan perubahan yang diperlukan untuk menciptakan suatu atmosfer ruang  kelas yang produktif, dan itu adalah tanggung jawab kita sebagai seorang guru.

Dalam mewujudkan manajeman Kelas yang solid ini kita harus memahami beberapa hal diantaranya:

1.    Perilaku Kelas  yaitu terdiri dari tanggapan-tanggapan murid yang dapat kita lihat, dengar, atau rasakan dikelas. Dan perilaku yang didapat dikelas itu tidak harus baik atau jelek melainkan perilaku yang mungkin saja tidak memadai.

2.  Manajemen Kelas yaitu Rencana Proses dan efek yang terus menerus dari aksi guru untuk mempengaruhi aksi siswa. Semua guru mempengaruhi kelas mereka dan guru yang cerdas berhasil mengelolah kelas dengan hubungan, prosedur, ritual dan starategi instruktsional yang cerdas.

3.    Disiplin yaitu personal bukan kelas atau kelompok. Disiplin kelas berarti murid kita dilibatkan sesuai kapasitas mereka dalam disiplin diri, membantu diri mereka sendiri sepanjang hari, dan guru yang terus bergumul adalah guru yang mendisiplinkan muridnya dengan bahasa tubuh yang kuat (ancaman) dan hukuman.

4.    Prosedur yaitu rutinitas adalah aksi yang dilakukan murid secara individual, dalam hal ini murid melakukannya secara spontas atau otomatis. Prosedur sangat membantu dalam hal membangun disiplin diri. Dalam prosedur tidak ada konsekuensi atau imbalan.

5.    Ritual yaitu Prosedur satu langkah yang sederhana yang dilakukan secara kolektif. Ritual menpromosikan hubungan sosial dan penyelesaian tugas. Ritul memiliki imbalan intrisntik yaitu siswa merasa baik secara emosional karena semua ritual yang produktif berakhir dalam keadaan yang positif.

6.    Aturan yaitu batasan yang esensial dan aturan membentuk struktur untuk pengembangan disiplin diri.

              Dalam menjalankan kelas secara berhasil adalah menyangkut pencegahan masalah, intervensi keberhasilan dan pada akhirnya menuju ke pertumbuhan pribadi murid. Dalam kondisi kelas kita sehari hari adalah masalah disiplin bukanlah masalah riil, malah masalah kedisiplinan bisa menjadi anugerah buat kita sebagai guru. Ketika murid misalnya berperilaku buruk dia membiarkan kita mengetahuinya dan bisa saja dalam pengajaran kita ada yang salah,kita mungkin tidak membangun relasi yang baik dengan murid kita, tidak memulai dengan prosedur, tidak mengelolah status emosional dengan murid, dan tidak menerapkan suatu strategi instruksional, Ada sesuatu yang salah tapi pastinya bukan murid kita yang salah, tetapi pada kenyataannya adalah kita sebagai guru yang memiliki posisi guru kontrol manager memiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi para murid kita.

              Dalam keseharian dalam kelas kita sering berhadapan dengan setiap pelanggaran yang akan mengisi kelas kita dengan gangguan, kekacauan, dan stres, sebagai guru kita harus mencegahnya dengan memikirkan baik baik bahwa antara guru dan murid perlu bekerja sama agar menciptakan kelas idel kelas menyenangkan dalam proses pengajaran, karena pada dasarnya murid perlu terlibat dalam sistem dan berpartisipasi di dalamnya dengan:

a.      Membagun iklim belajar, dalam hal ini adalah membuat suasana belajar yang menyenangkan dan membuat murid merasa nyaman, membuat poster poster yang positif di dinding dinding kelas, menciptakan suatu iklim respek dikelas tanpa ada sikap meremehkan.

b.   Mengembangkan Prosedur pada kelas sangat penting menegmbangkan prosedur efektif  yaitu Harus menyelesaikan masalah yang berulang, Harus berlaku pada setiap murid, harus sederhana dan mudah dilakukan, harus tahu kapan akan diaplikasikan dan harus menempatkan murid pada keadaan emosional yang positif.

c.   Menciptakan aturan dengan melibatkan murid (Kesepakatan Kelas) Menyebarkan aturan yang sudah ditetapkan sebagai sebuah kesepakan dan melibatkan semua murid dalam penerapannya. Dalam pembentukannya pada awalnya membuat draf draf untuk diterpan sebagai aturan, selanjutnya kita meminta murid untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dan meninjau kembali draf itu dengan membangun komunikasi dengan murid bagaimana kalau...itu akan membangun rasa memilki dan keikutsertaan, dan perlu diperhatikan dalam merumuskan kesepakatan itu dengan memperhatikan item item yang tidak perlu terlalu banyak dan panjang sehingga murid murid mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam keseharian. Kesepakatan kelas di pajang pada dinding kelas dengan murid murid melakukannya dengan konsisten, dan idealnya setiap kesepakatan diberikan tiga contoh agar murid tahu betul akan apa yang mereka lakukan dan harapkan. Penetapan konsekuensi berlaku bila terjadi pelanggaran. Merespon kesalahan dengan kasih sayang dan kebaikan dibanding menyalahkan, menuduh dan menceramahi. Berikan pertanyaan yang bisa menimbulkan diskusi tentang konsekuensi yang mungkin terjadi dari tindakannya. Melihat kesempatan terjadinya kesalahan untuk didiskusikan bersama anak atau dengan teman-teman lain.

d.      Menggunakan Instruksi yang lebih cerdas, Strategi instruksional untuk mengurangi perilaku yang salah bi sa dilakukan dengan meningkatkan masukan dan persepsi murid tentang pilihan menyangkut pembelajaran mereka, mengajarkan keterampilan proposial umum, seperti kesadaran diri, kerjasama dan membantu yang lain dan yang terakhir adalah menciptakan tim dan pemimpin tim bisa digunakan untuk penekanan teman sebaya di dalam kelas.

e.  Memasukkan ritual sangat bermanfaat dalam meningkatkan iklim dalam ruang kelas dan memaksimalkan waktu fokus pada murid.

 

            Dalam penerapan Budaya Positif disekolah dengan membentuk manajemen ruang kelas yang solid dengan diterapkannya kesepakatan kelas indikator keberhasilannya bisa kita lihat dari perubahan yang terjadi di kelas kita dengan berfokus pada perubahan pertumbuhan pribadi murid yaitu Kesadaran murid yang lebih besar tentang jalinan sosial dalam hal ini empati murid. Pengaturan diri murid yang lebih meningkat dalam hal ini adalah rasa memiliki anak terhadap kelas dan meningkatnya disiplin murid, dan yang lebih penting adalah bahwa kita membentuk pertumbuhan personal yaitu kita membantu murid murid kita bergerak ke level lebih baik tentang kesadaran dan tanggungjawab.

               Dalam menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru perlu berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh, memberi hukuman atau sebagai teman yang membiarkan murid melakukan kesalahan atau pelanggaran. Hal ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong yaitu “menuntun” atau memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak diberi kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena itu, pada kesehariannya, pamong juga berperan sebagai pengontrol untuk mengingatkan murid jika berada dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru juga dapat berperan sebagai teman ketika berinteraksi agar dapat memahami murid dan membangun kedekatan.

Agar penerapan dan pelaksanaan kesepakatan kelas sebagai bentuk dari manajemen yang solid didalam kelas bagian dari penerapan budaya positif di sekolah bisa dijalankan dengan efektif adalah salah satunya keterlibatan secara utuh dari semua peserta didik yang diampu agar kesadaran untuk berbuat lebih baik datang dari dalam diri peserta didik, bukan karena terpaksa. Diharapkan hal ini bisa dilakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran secara tatap muka. Meskipun demikian, ketika berlangsungnya pembelajaran secara daring seperti saat ini setidaknya upaya menghadirkan kesadaran dari dalam diri peserta didik melalui penerapan kesepakatan kelas tetap harus dijalankan.

           Sementara itu, dalam pelaksanaan berbagi praktik baik dalam bentuk kesepakatan dengan para rekan sejawat sebaiknya memikirkan waktu yang lebih baik dan membuat jadwal yang lebih rinci. Dengan demikian, penjelasan tentang praktik baik manajemen kelas yang solid dengan penerapan kesepakatan kelas ini mampu dipahami dan diterima oleh rekan sejawat yang lain.

                Dan kedepannya tentang membangun manajemen kelas yang solid dengan kesepakatan kelas ini guru dan seluruh komponen kelas akan bekerja sama agar tetap konsisten dilakukan dan setiap semester akan ditindaklanjuti dengan refleksi apakah akan ada perubahan kedepan atau tetap pada ketetapan yang telah disepakati.

               


Proses Pembentukan Kesepakatan Kelas, Mendeskripsikan ke Murid seperti apa kesepakatan kelas yang akan kita buat.

Melakukan pertemuan melalui Google meeting dengan para Murid dalam rangka membahas Kesepatan Kelas yang akan dibuat.



Melalui Aplikasi Padlet para murid memasukkan semua ide ide tentang kesepakatan yang akan diberlakukan di kelas nantinya.



Melalui Padlet di kelompokkan beberapa kesepakatan kelas yang berasal dari guru dan murid.



Dan dari hasil diskusi bersama antara guru dan murid diperoleh kesepakatan kelas yang nantinya akan dilaksanakan pada pertemuan tatap muka di kelas,



Dan pada akhirnya kita sebagai guru menjalankan lakon kita sebaik baiknya terus belajar dan memberikan yang terbaik untuk para penerus kita. Sebagai refleksi, tanyakan kepada diri kita bagaimana perasaan kita sebagai guru, jika kita merasa terganggu dengan murid kita berarti perjalanan kita masi belia, tetapi jika kita merasa sangat senang dan penuh harapan tentang murid kita sepanjang waktu kita sudah pada tahap seorang Guru master

(Eric Jansen)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

                            ======= TERIMA KASIH ========

PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

  CREATED: YULIANA, S.Si.,S.Pd.,M.Pd. Pendidikan yang memerdekakan adalah Pendidikan yang menciptakan kebahagiaan lahir dan batin dimana yang dimaksud adalah peserta didik   bisa mandiri, bisa berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, menyadari hak dan kewajiban. Seperti pada konsep yang dipaparkan oleh KHD, dimana Konsep pendidikan yang memerdekakan Ki Hadjar Dewantara yang bermakna bahwa pendidikan seharusnya mengantar anak didik menjadi manusia merdeka, namun tidak mengganggu kemerdekaan orang lain. Inilah yang oleh Ki Hadjar disebut sebagai manusia merdeka yang cakap mengatur hidupnya secara tertib. Dan konsep KHD sangat selaras dan banyak diterapkan di sekolah sekolah sekarang ini, melalui praktik baik baik. Kebijakan-kebijakan pendidikan seperti penentuan kurikulum, akses pendidikan, pendistribusian guru, penentuan anggaran pendidikan, pelibatan masyarakat dalam pengembangan pendidikan dan sebagainya, sudah sepatutnya berlandaskan pada visi pendidikan yang memerdekak

my Mayyana (Aysha Afiqah Mayyana & Aishwa Afiyah Mayyana)