Langsung ke konten utama

Bersahabat dengan hati

Hati merupakan ibarat raja yang memimpin anggota tubuh untuk melakukan suatu amalan, apakah amalannya itu menjadi baik ataukah menjadi buruk. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang cukup dikenal, bahwasanya sahabat An-Nu’man bin Basyir mengatakan bahwa Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”… Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah al-qolbu (hati).” (HR. Bukhari dan Muslim). Tidaklah dinamakan qolbuMelainkan karena berbolak-baliknyaDa n dapat memalingkan manusia…Tahap demi tahap.
Pembagian Hati
Hati yang sehat adalah hati yang selamat, yaitu yang membawa seseorang menuju kepada keselamatan di akhirat kelak.Allah Ta’ala berfirman yang artinya:“Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syuaraa: 88-89)Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan, “Hati yang selamat maknanya adalah selamat dari syirik, kejelekan, keragu-raguan, rasa cinta kepada keburukan, terus-menerus melakukan kebid’ahan dan dosa.”Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapakah Rabb (Tuhan) nya. Tidak beribadah kepadaNya yaitu dengan menjalankan perintahnya dan tida pula menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridloiNya. Baginya yang penting adalah menuruti keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Bergaul dengan orang yang mati hatinya ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan duduk bersama dalam satu majelis dengan mereka adalah bencana.Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi mengidap penyakit. Ia cenderung untuk mengikuti unsur yang lebih kuat. Terkadang ia cenderung kepada ‘kehidupan’, namun terkadang lebih cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah Ta’ala, yang kesemuanya itu merupakan sumber kehidupan. Namun padanya terdapat kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, sifat hasad, sombong dan ujub (berbangga diri), yang merupakan bencana dan sumber kehancuran diri seseorang. Ia berada diantara dua penyeru, yaitu penyeru yang menyeru kepada Allah dan RasulNya, hari akhir dan penyeru yang menyeru kepada kehidupan dunia. Seruan yang disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha menjadikan hati kita ke dalam jenis hati yang pertama, yang akan membawa diri kita menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan. . Dan juga berdo’a dengan do’a yang sering dipanjatkan oleh nabi yang mulia Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari jalan sahabat Syahr bin Ausyah radhiyallohu ‘anhu, “Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. Tirmidzi, hasan). Dalam riwayat yang lain Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berdo’a, “Wahai Allah Dzat Yang Maha mengarahkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepadamu.” (HR. Muslim)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

                            ======= TERIMA KASIH ========

PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

  CREATED: YULIANA, S.Si.,S.Pd.,M.Pd. Pendidikan yang memerdekakan adalah Pendidikan yang menciptakan kebahagiaan lahir dan batin dimana yang dimaksud adalah peserta didik   bisa mandiri, bisa berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, menyadari hak dan kewajiban. Seperti pada konsep yang dipaparkan oleh KHD, dimana Konsep pendidikan yang memerdekakan Ki Hadjar Dewantara yang bermakna bahwa pendidikan seharusnya mengantar anak didik menjadi manusia merdeka, namun tidak mengganggu kemerdekaan orang lain. Inilah yang oleh Ki Hadjar disebut sebagai manusia merdeka yang cakap mengatur hidupnya secara tertib. Dan konsep KHD sangat selaras dan banyak diterapkan di sekolah sekolah sekarang ini, melalui praktik baik baik. Kebijakan-kebijakan pendidikan seperti penentuan kurikulum, akses pendidikan, pendistribusian guru, penentuan anggaran pendidikan, pelibatan masyarakat dalam pengembangan pendidikan dan sebagainya, sudah sepatutnya berlandaskan pada visi pendidikan yang memerdekak

my Mayyana (Aysha Afiqah Mayyana & Aishwa Afiyah Mayyana)