Proses-proses kognitif. Teori Piaget adalah teori yan sangat terkenal dan merupakan teori perkembangan kognitif mengenai remaja yang paling banyak dibahas secara luas. Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengkonstruksi dunia kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi-indormasi dari lingkungan tidak hanya sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman-pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu satu sama lain. Mereka juga mengadaptasikan pemikiran mereka yang melibatkan gagasan –gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan pemahaman mereka.
Ketika mengkonstruksi dunianya, remaja menggunakan skema. Skema (shema) adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminat pada bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan dan memahami pengalamannya sekarang.
Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasi skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu: asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1952). Asimilasi (Assimilation) adalah memasukkan informasi-informasi baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Dalam asimilasi, skema yang sudah ada tidak mengalami perubahan. Akomodasi (accomodation) adalah penyesuaian sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru. Dalam akomodasi terjadi perubahan dalam skema yang sudah ada.
Ekuilibrium (equilibrum), suatu proses lain yang diidentifikasi oleh piaget. Adalah mengubah pemikiran dari suatu kondisi ke kondisi lain. Suatu waktu remaja mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrum) ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya. Pada akhirnya mereka dapat mnyelesaikan konflik dan meraih keseimbangan (equilibrum). Menurut Piaget secara bergantian individu berada dalam kondisi kognitif yang equilibrum atau disequilibrum. Sebagai contoh apabila seorang anak berpendapat bahwa jumlah suatu cairan meningkat ketika dituangkan kedalam wadah yang ukurannya berbeda, ia mungkin bertanya-tanya dari manakah cairan “ekstra” itu berasal atau benarkah lebih banyak cairan di wadah kedua itu. Anak akan memecahkan teka-teki itu ketika pemikirannya telah bertambah maju. Dalam duania sehari-hari, anak-anak selalu menghadapi inkonsistensi kognitif semacam itu.
John W. Santrock, REMAJA, Edisi 11 Jilid 1, Penerbit Erlangga, Gelora Aksara Pratama,Jakarta,2007
Ketika mengkonstruksi dunianya, remaja menggunakan skema. Skema (shema) adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminat pada bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan dan memahami pengalamannya sekarang.
Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasi skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu: asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1952). Asimilasi (Assimilation) adalah memasukkan informasi-informasi baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Dalam asimilasi, skema yang sudah ada tidak mengalami perubahan. Akomodasi (accomodation) adalah penyesuaian sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru. Dalam akomodasi terjadi perubahan dalam skema yang sudah ada.
Ekuilibrium (equilibrum), suatu proses lain yang diidentifikasi oleh piaget. Adalah mengubah pemikiran dari suatu kondisi ke kondisi lain. Suatu waktu remaja mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrum) ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya. Pada akhirnya mereka dapat mnyelesaikan konflik dan meraih keseimbangan (equilibrum). Menurut Piaget secara bergantian individu berada dalam kondisi kognitif yang equilibrum atau disequilibrum. Sebagai contoh apabila seorang anak berpendapat bahwa jumlah suatu cairan meningkat ketika dituangkan kedalam wadah yang ukurannya berbeda, ia mungkin bertanya-tanya dari manakah cairan “ekstra” itu berasal atau benarkah lebih banyak cairan di wadah kedua itu. Anak akan memecahkan teka-teki itu ketika pemikirannya telah bertambah maju. Dalam duania sehari-hari, anak-anak selalu menghadapi inkonsistensi kognitif semacam itu.
John W. Santrock, REMAJA, Edisi 11 Jilid 1, Penerbit Erlangga, Gelora Aksara Pratama,Jakarta,2007
Komentar